Teori & Pengertian
Teori Semiotika ini dikemukakan oleh
Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua
bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier)
dan pertanda (signified). Penanda
dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya
arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui
konsep, fungsi dan/atau nilai-nilai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah
relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan
signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi
elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.
Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut.
Beberapa ahli/pemikir teori
semiotika dikaitkan dengan kedustaan, kebohongan dan kepalsuan sebuah teori dusta. Jadi, ada asumsi
terhadap teori dusta ini serta beberapa teori lainnya sejenis, yang dijadikan
sebagai titik berangkat dari sebuah kecenderungan semiotika, yang kemudian
disebut juga sebagai hipersemiotika (hyper-semiotics).
Umberto Eco yang menulis tentang
teori semiotika ini mengatakan bahwa semiotika. “…pada prinsipnya adalah sebuah
disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta (lie).” Definisi Eco cukup mencengangkan
banyak orang, secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta didalam
wacana semiotika, sehingga dusta tampaknya menjadi prinsip utama semiotika itu
sendiri.
Semiotik atau semiologi merupakan
terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak
digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika.
Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’
dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti:
bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotik didefinisikan
sebagai berikut. Semiotics is usually defined as a general philosophical theory
dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which
are used to communicate information.
Semiotics
includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or
signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they
form code systems which systematically communicate information or massages in
literary every field of human behaviour and enterprise.
(Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan
dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode
yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda
visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang
bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika
tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan
informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).
Macam-macam Semiotik
Hingga saat ini,
sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang
(Pateda, dalam Sobur, 2004). Jenis-jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik,
diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif,
sosial, struktural.
1. Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem
tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya
menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan
makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu
2.
Semiotik deskriptif
adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang
meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang
3.
Semiotik faunal
zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda
yang dihasilkan oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus
menelaah system tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat
4.
Semiotik naratif adalah
semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita
lisan (folklore)
5.
Semiotik natural atau
semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Semiotik
normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh
manusia yang berwujud norma-norma
Semiotik sosial
merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang
rangkaian kata berupa kalimat.
Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus
menelaah system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Metode Semiotika
Metode semiotika secara prinsip
bersifat kualitatif-interpretatif dan dapat diperluas sehingga bersifat
kualitatif-empiris. Metode kualitatif-interpretatif lebih berfokus kepada teks
dan kode yang nampak secara visual sedang metode kualitatif-empiris membahas
pada subyek pengguna teks (Yusita Kusumarini,2006).
Sistem
Tanda (Semiotik)
Semiotik (semiotic) adalah teori tentang pemberian ‘tanda’. Secara garis
besar semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik
(semiotic pragmatic), semiotik
sintatik (semiotic syntactic), dan
semiotik semantik (semiotic semantic)
(Wikipedia, 2007).
Semiotika
Teks
Pengertian teks secara sederhana
adalah “kombinasi tanda-tanda” (Piliang, 2003). Dalam pemahaman yang sama,
semua produk desain (termasuk arsitektur dan interior) dapat dianggap sebagai
sebuah teks, karena produk desain tersebut merupakan kombinasi elemen
tanda-tanda dengan kode dan aturan tertentu, sehingga menghasilkan sebuah
ekspresi bermakna dan berfungsi (Yusita Kusumarini,2006). Dalam menganalisis
dengan metode semiotika, pada prinsipnya dilakukan dalam dua tingkatan
analisis, yaitu :
·
Analisis tanda secara individual
(jenis tanda, mekanisme atau struktur tanda), dan makna tanda secara individual
·
Analisis tanda sebagai sebuah
kelompok atau kombinasi (kumpulan tanda yang membentuk teks), biasa disebut
analisis teks
Pada komunikasi, bidang terapan semiotika pun tidak terbatas. Adapun
beberapa contoh aplikasi semiotika di antara sekian banyak pilihan kajian
semiotika dalam domain komunikasi antara lain :
1. Media
Mempelajari media adalah
adalah mempelajari makna dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh
tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan
dengan pemikiran kita sendiri. Dalam konteks media massa,
khususnya media cetak kajian semiotika adalah mengusut ideologi yang melatari
pemberitaan.
Untuk teknik – teknik analisnya sendiri, secara garis
besar yang diterapkan adalah :
1. Teknik kuantitatif
Teknik yang paling dapat mengatasi kekurangan dalam objektivitas, namun hasilnya
sering kurang mantap. Ciri – ciri yang dapat di ukur dinyatakan sebagai tanda
merupakan titik tolak penelitian ini.Menurut Van Zoest, 19993:146-147), hasil
analisis kuantitatif selalu lebih spektakuler namun sekaligus selalu
mengorbankan ketahanan uji metode – metode yang digunakan
2. Teknik kualitatif
Pada analisis
kualitatif, data – data yang diteliti tidak dapat diukur secara matematis.
Analisis ini sering menyerang masalah yang berkaitan dengan arti atau arti
tambahan dari istilah yang digunakan.
Tiga pendekatan untuk menjelaskan media (McNair, 1994,
dalam Sudibyo, 2001:2-4)
1. Pendekatan Politik-Ekonomi
Pendekatan ini
berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media
2. Pendekatan Organisasi
Bertolak belakang dengan
pendekatan politik-ekonomi, pendekatan ini menekankan bahwa isi media
diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal di
luar diri pengelola media
3.
Pendekatan Kulturalis
Merupakan pendekatan
politik-ekonomi dan pendekatan organisasi. Proses produksi berita dilihat
sebagai mekanisme yang rumit yang melibatkan faktor internal media. Media pada
dasarnya memang mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan
oragnisasi, tapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut
tidak dapat dilepaskan dari kekuatan – kekuatan politik-ekonomi di luar
media.Secara teoritis, media massa
bertujuan menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efisien.
Namun, pada praktiknya apa yang disebut sebagai kebenaran ini sangat ditentukan
oleh jalinan banyak kepentingan
Terdapat pemilahan atas
fakta atau informasi yang dianggap penting dan yang dianggap tidak penting,
serta yang dianggap penting namun demi kepentingan survival menjadi tidak perlu
disebar luaskan. Media menyunting bahkan menggunting realitas dan kemudian
memolesnya menjadi suatu kemasan yang layak disebar luaskan.
Tiga zona dalam teori media menurut Berger dan Luckman :
1.
Orders and practices of
signification = Tatanan dan praktik – praktik signifikasi
2.
Orders and practises of
power = Tatanan dan praktik – praktik kekuasaan
3.
Orders and practises of
production = Tatanan dan praktik – praktik produksi
Praktik-praktik kekuasaan media memiliki banyak bentuk (John B. Thomson, 1994)
antara lain:
·
Kekuasaan Ekonomi : di
lembagakan dalam industri dan perdagangan
·
Kekuasaan Politik : dilembagakan dalam aparatur negara
·
Kekuasaan Koersif : dilembagakan dalam organisasi militer dan paramiliter
2. Periklanan
Dalam perspektif
semiotika iklan dikaji lewat sistem tanda dalam iklan, yang terdiri atas dua lambang yakni; lambang verbal (bahasa) dan lambang non verbal (bentuk dan warna yang
disajikan dalam iklan).Dalam menganalisis iklan, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain (Berger) :
a.
Penanda dan petanda
b.
Gambar, indeks, simbol
c.
Fenomena sosiologi
d.
Sifat daya tarik yang
dibuat untuk menjual produk
e.
Desain dari iklan
f.
Publikasi yang ditemukan
dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh publikasi tersebut.
Lain halnya dengan model
Roland Barthes, iklan dianalisis berdasarkan pesan yang dikandungnya yaitu :
·
Pesan Linguistik : Semua kata dan kalimat dalam iklan
·
Pesan yang terkodekan : Konotasi yang muncul dalam foto iklan
·
Pesan ikonik yang tak
terkodekan :
Denotasi dalam foto iklan
3. Tanda NonVerbal
Komunikasi nonverbal
adalah semua tanda yang bukan kata-kata dan bahasa. Tanda-tanda digolongkan dalam berbagai cara :
a.
Tanda yang ditimbulkan
oleh alam yang kemudian diketahui manusia melalui pengalamannya
b.
Tanda yang ditimbulkan
oleh binatang
c.
Tanda yang ditimbulkan
oleh manusia, bersifat verbal dan nonverbal
Namun tidak keseluruhan
tanda-tanda nonverbal memiliki makna yang universal. Hal ini dikarenakan tanda-tanda nonverbal memiliki arti yang berbeda bagi setiap budaya yang lain. Dalam hal pengaplikasian semiotika pada tanda nonverbal, yang penting untuk
diperhatikan adalah pemahaman tentang bidang nonverbal yang berkaitan dengan
benda konkret, nyata dan dapat dibuktikan melalui indera
manusia.
Pada dasarnya, aplikasi
atau penerapan semiotika pada tanda nonverbal bertujuan untuk mencari dan
menemukan makna yang terdapat pada benda-benda atau sesuatu yang
bersifat nonverbal. Dalam pencarian makna tersebut, menurut Budianto, ada
beberapa hal atau beberapa langkah yang perlu diperhatikan peneliti, antara
lain :
·
Langkah Pertama : Melakukan survai lapangan untuk mencari dan menemukan objek penelitian yang
sesuai dengan keinginan si peneliti
·
Langkah Kedua : Melakukan pertimbangan terminologis terhadap konsep-konsep pada tanda nonverbal
·
Langkah Ketiga : Memperhatikan perilaku nonverbal, tanda dan komunikasi terhadap objek yang
ditelitinya
·
Langkah Keempat : Merupakan langkah terpenting —– menentukan model semiotika yang dipilih
untuk digunakan dalam penelitian. Tujuan digunakannya model tertentu adalah
pembenaran secara metodologis agar keabsahan atau objektivitas penelitian
tersebut dapat terjaga
4. Film
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural
atau semiotika.
Van Zoest
film dibangun dengan
tanda semata-mata. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan
ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang paling penting dalam film
adalah gambar and suara. Film menuturkan ceritanya dengan cara khususnya
sendiri yakni, mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya
dengan proyektor dan layar.
Sardar & Loon
Film dan televisi
memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film
pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan
linguistik untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan. Figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang adalah
Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS) Paris.
Menurutnya, penanda (signifant)
sinematografis memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang
tampak jelas melalui hubungan penanda dengan alam yang dirujuk. Penanda
sinematografis selalu kurang lebih beralasan dan tidak pernah semena.
3 komentar:
Thank you, ini sangat membantu saya mengingat materi semiotik di buku yang pernah saya baca. Boleh tau identitas sumber informasinya?
akan lebih baik jika dicantumkan sumbernya. terimakasih
Kalo semiotok dalam komunikasi massa gimana ya?
Posting Komentar